Pendidikan Dasar menempati posisi penting dalam menghadapi era revolusi Industri 4.0. Perkembangan teknologi informasi berbasis digital yang seakan merangsek tanpa ampun, pada tatanan praksis turut menyumbang problematika pendidikan. Terutama bagi lembaga pendidikan di wilayah tiga T (terpencil, terluar dan terdalam). Di satu sisi, masih “belum jelasnya” masa depan lulusan sarjana pendidikan dasar, -karena harus bersaing dengan lulusan program studi lain- tanpa sadar tengah menjadi benalu tersendiri yang harus diperhatikan dengan serius.
Menghadapi kenyataan yang cukup pelik ini, maka Ikatan Mahasiswa PGMI se-Indonesia (IMPI) wilayah Jawa Timur. Menyelenggarakan Seminar Nasional dan Musyawarah Daerah (Musda) dengan mengusung tema “Menyikapi Problematika Sarjana Pendidikan Dasar” yang digelar pada sabtu-minggu (5-6/5) di Universitas Islam Lamongan (UNISLA).
Acara ini, terlihat semakin meriah karena dihadiri oleh ratusan mahasiswa PGMI dari seluruh wilayah Jawa Timur. Antara lain, dari wilayah Ponorogo, Malang, Madura, Tuban, Surabaya, Sidoarjo dan beberapa daerah lain. Dalam sambutannya, Sa’adah selaku Ketua Program Studi (Ka Prodi) PGMI Unisla menyatakan bahwa kegiatan ini sangat membantu mahasiswa PGMI untuk lebih responsif terhadap tantangan lulusan PGMI ke depan. Ia berpesan dalam sambutannya, agar dalam Musda nanti melahirkan ide-ide yang inovatif dan konstributif dalam pengembangan dan kemajuan program PGMI di seluruh Jawa Timur.
Dalam seminar ini, turut hadir sebagai pembicara Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Prof Dr. Abdul Haris dan Peneliti senior Global future Institute Dr. Sudarto Murtaufiq yang punya pengalaman bersentuhan dengan pendidikan dasar selama enam bulan di Inggris.
Dalam pemaparannya, Prof Haris menyampaikan bahwa perlunya penguatan kompentisi sarjana PGMI untuk menghadapi tantangan Industri 4.0. Ia menambahkan bahwa Perguruan Tinggi juga harus mampu menyiapkan inovasi untuk merespon perubahan global dan menyiapkan sumber daya manusia, termasuk pembibitan calon guru madrasah Ibtidaiyah. Karena saat ini menurutnya, berbagai macam kebutuhan manusia di dunia, sangat tergantung pada dukungan internet dan teknologi digital. Untuk itulah peluang di era digital yang begitu banyak ini, jangan sampai tidak dimanfaatkan. Terutama pada peningkatan dan pengembangan pendidikan
“Tahapan pendidikan, dulu lebih banyak menghafal. Saat ini, di era industry 4.0 harus inovatif dan mampu memproduksi ilmu pengetahuan” tegas Prof Haris yang juga ketua LP Ma’arif NU Jatim ini.
Selanjutnya, Sudarto dalam sajiannya dalam seminar menyatakan bahwa dalam membuat grand desaign pengembangan kurikulum pendidikan dasar, harus menekankan pada peningkatan soft skill mahasiswa. Karena menurutnya, hal inilah yang saat ini dibutuhkan di dunia kerja. Selain itu ia menambahkan bahwa faktor nilai juga sangat mempengaruhi kualitas pendidikan dasar. Agar gelombang teknologi tak lantas menjadikan pendidikan di Indonesia kehilangan ruhnya.
“karena kemualiaan seorang guru, terletak saat ia mampu melayani tanpa pamrih” imbuhnya
Acara ini, ditutup dengan pembacaan puisi yang digubah oleh Prof Haris yang dibuat khusus dalam mengapresiasi penyelenggaraan seminar nasional dan Musda ini. (Eka)